Lima menit!
Tujuh menit!
Sembilan menit!
Sepuluh menit kemudian.
Setelah mengamati juga memilah milah salah satu dari 50 kartu Arcana Emperor, Storm memilih salah satu kartu yang membuatnya tertarik.
"Ini, kau bisa menerjemahkan artinya bukan?"
Storm melempar kartu yang dia pilih keatas meja.
Depan badut jester yang duduk diseberangnya. Jester mengangguk paham, dia akan memulai pekerjaannya sebagai peramal.
Dari apa yang dilihat olehnya itu, kartu Arcana Emperor yang dipilih tuan Rem bergambar seseorang mengenakan pakaian tempur sambil memegang senapan ditangannya.
Kartu itu melambangkan perjuangan dari seorang prajurit membela negara hingga titik darah penghabisan.
The Trigger, kartu berurut nomor 28, mempunyai dua huruf yaitu A dan S. Kartu The Trigger melambangkan kerja keras atau perjuangan untuk terus meraih ambisinya.
The Trigger?
Jester bergumam didalam hatinya tidak menyangka kartu itu dipilih oleh tuan Rem.
Kartu The Trigger sangat jarang ada seseorang yang tertarik memilihnya. dan juga merupakan salah satu kartu paling tidak sering digunakan dalam permainan.
Ini adalah fenomena langka, bagaimana bisa kartu itu bisa menarik perhatian tuan Rem?
Jester tidak berani menanyakannya secara langsung. Mana mau dia menyinggung pemuda mengerikan itu, kalau dia murka nyawanya akan lenyap dari dunia ini.
"Menurut analisis dari kemampuan meramal saya...
"Kartu The Trigger melambangkan perjuangan seseorang, itu berarti dia dimasa depan akan terus berusaha keras mengejar ambisinya!"
Jester mulai menerangkan tentang kemampuannya dalam memaknai kartu, dalam satu kesatuan menjadi makna ramalan.
"Anda dimasa depan tuan Rem, bisa saja mencapai ambisi anda namun...
Storm bingung kenapa badut itu menghentikan perkataannya.
"Namun apa?"
Jester menenangkan ritme nafasnya, lalu kembali berkata.
"Hal yang sama akan terulang kembali...
"Mungkin orang terdekat atau seseorang yang berharga bagi anda akan pergi menghilang sela--
"Whusssh!
Aura membunuh segera menyelimuti area sekitar ruangan kecil ini.
Storm menggertakan giginya kesal karena ramalan badut itu seperti mengejeknya. Dimana apa yang dikatakannya memang ada benarnya, dia akan mengalami hal serupa seperti dimasa lalunya.
Storm tidak menyangka badut itu seolah bisa melihat masa lalunya. Dan meramalkan dirinya dimasa mendatang seolah itu adalah kenyataan takdir yang harus dia emban.
"Gargh!"
Mata Jester melotot sambil memegangi lehernya.
Tubuhnya terasa dihujam banyak senjata tajam, aura yang begitu kuat ini membuatnya seperti berada diujung kematian.
Jester mengakui ini adalah aura membunuh paling mengerikan yang pernah dia lihat dari sebelumnya.
"Whussh!
Storm menarik aura membunuhnya, dia berusaha menjaga emosinya untuk menjaga jati dirinya.
Setelah dirasa tenang, Storm berkata kepada badut Jester.
"Ramalan yang kau katakan itu bisa benar juga bisa salah...
"Oleh karena itu, aku belum bisa mempercayainya!"
Jester menghela nafas lega setelah aura membunuh dari tuan Rem menghilang.
Jester tidak mempermasalahkannya lagipula dia cuma meramal tentang apa yang dia lihat. Percaya atau tidaknya dia tidak masalah, Jester hanya memamerkan kemampuannya saja itung itung dianggap Hero meski statusnya ilegal.
Dirasa tuan Rem sosok yang kuat, Jester merasa dia harus bisa menjalin kerja sama baik dengannya.
"Tidak masalah tuan Rem...
"Saya tidak meminta anda percaya dengan ramalan saya, namun saya harap anda mengakui kemampuan saya!"
Storm mengangguk, dia mengakui kemampuan badut Jester yang unik. Meramal menggunakan hanya satu buah kartu, itu adalah hal yang menarik tidak pernah dia duga sebelumnya.
Storm merogoh saku celananya, lalu mengambil beberapa kertas uangnya.
"Apa ini cukup? Jika tidak aku akan menambahkannya?"
Jester segera mengangguk cepat.
Bagaimana tidak jumlah uang itu terbilang banyak. Lumayan buat bertahan hidup selama satu minggu kedepan sambil menunggu jobnya sebagai badut penghibur.
"Cukup tuan, anda adalah orang yang baik!"
Jester mengambil beberapa lembar uang kertas dari tuan Rem dengan ramah.
Biasanya jika ada orang yang memintanya untuk diramal tidak ada yang mau membayarnya dengan alasan ramalannya dianggap aneh.
Lain halnya dengan tuan Rem, dia tamu yang baik hati karena mau membayarnya meski meramal dalam hitungan menit saja.
"Ya, setidaknya itu cukup sebagai bayarannya!"...
Storm mengangkat bahunya dengan malas.
Jujur saja itu uang bukanlah miliknya, namun pemberian dari Wen dari Arts Seagame.
Storm baru ingat jika dia punya banyak uang sebagai bonus awal dari kesepatan dengannya. Namun bagi Storm uang sebanyak itu tidak membuatnya bahagia, dia lebih tertarik pada petualangan terutama didunia baru.