Cherreads

Chapter 45 - Layangan, Jalanan, dan Harapan

Di suatu sore yang tenang, aku berdiri di lapangan belakang pesantren. Di tangan kiriku, sebuah layangan sederhana berwarna merah dan biru siap untuk diterbangkan. Angin berembus pelan, cukup kuat untuk mengangkatnya ke langit.

Aku menarik benangnya perlahan, membiarkan layangan itu naik, naik… dan terus naik hingga hanya tampak seperti titik kecil di langit jingga.

Layangan itu bukan sekadar mainan. Ia adalah simbol dari hidupku.

Dulu aku bocah kecil yang sering memanjat rumah orang demi mengejar layangan. Dulu aku anak yang tersesat di jalan, menjadikan aspal sebagai rumah dan warnet sebagai pelarian. Aku pernah merasa tak punya masa depan, tak punya arah. Tapi kini, aku berdiri di titik yang berbeda.

Aku telah belajar banyak—tentang komputer, tentang dunia digital, tentang disiplin, kerja keras, dan harapan. Yang lebih penting, aku telah belajar tentang nilai sebuah kehidupan, betapa setiap anak punya potensi, asalkan diberi ruang dan kesempatan untuk tumbuh.

Pazki, Telin, Abah, Mimih, dan teman-teman—mereka bukan hanya bagian dari cerita. Mereka adalah penanda arah yang membawaku pulang, dan lebih dari itu, membawaku maju.

Aku masih mengejar mimpiku: membuka bengkel motor sendiri. Masih menabung. Masih belajar. Tapi tidak ada lagi kata "mustahil" dalam kamusku. Setiap hari adalah kesempatan baru. Setiap langkah kecil yang kuambil adalah bagian dari perjalanan panjang.

Aku ingin suatu hari nanti, saat bengkel itu berdiri, anak-anak lain bisa datang, belajar, bekerja, dan tumbuh. Supaya mereka tak perlu merasakan dinginnya jalanan seperti aku dulu. Supaya mereka tahu: bahwa harapan itu nyata. Bahwa mereka pun bisa terbang tinggi, seperti layangan di ujung langit.

Dan saat aku menatap ke atas—melihat layangan itu menari bebas di angkasa—aku tahu:

Langkah kecil Rangga belum berakhir. Ia baru saja dimulai.

More Chapters