Cherreads

Chapter 11 - Eps11: Perang di Gerbang Lautan

Angin laut menghembus tajam di wajah Abbas saat ia berdiri di buritan kapal utama. Di kejauhan, benteng megah Gerbang Lautan berdiri di atas permukaan air yang berkilau biru tua. Kota terapung itu, pusat aliran energi Elarion, memancarkan cahaya dari menara kristal setinggi langit. Tapi hari itu, cahaya itu goyah. Gemetar.

Awan hitam bergulung-gulung di cakrawala. Bayangan besar bergerak di bawah permukaan laut, menciptakan gelombang tinggi yang menghantam kapal-kapal penjaga. Suara terompet peringatan meraung dari puncak menara: Val'Tharok telah mengirim pasukannya.

Ini bukan lagi penjajakan. Ini adalah perang terbuka.

Barisan Cahaya

Abbas mengatur napasnya. Di sebelahnya berdiri Elira, sayap peraknya membentang, wajahnya tenang seperti biasa. Tak jauh dari mereka, Zera memasang panah di busurnya, rambutnya terikat rapi dan mata cokelatnya membara dengan amarah dan kesiapan.

"Pasukan bayangan mendekat dari barat dan bawah laut," lapor salah satu penjaga. "Jumlah mereka… jauh lebih besar dari perhitungan awal."

Elira menoleh ke Abbas. "Kau yang pimpin kali ini. Kami percaya padamu."

Abbas mengangguk. Cahaya Solara di dadanya berdenyut perlahan. Ini bukan latihan. Ini adalah pertama kalinya ia memimpin perang nyata bukan hanya mempertaruhkan nyawanya, tapi nyawa banyak orang.

Ia melangkah ke depan, berdiri di atas dinding geladak kapal.

"Dengar aku, para penjaga!" suaranya menggema. "Hari ini bukan tentang kemenangan! Tapi tentang bertahan! Tentang memberi waktu! Tentang melindungi pusat dunia kita!"

Mata-mata pasukan terangkat padanya.

"Kita bukan legenda. Kita bukan dewa. Tapi kita adalah dinding terakhir sebelum dunia ini runtuh! Dan aku tidak akan membiarkan dinding ini runtuh hari ini!"

Sorak sorai meledak. Sebagian menangis. Sebagian mengangkat senjata. Tapi tak satu pun mundur.

Serangan Dimulai

Dari bawah permukaan laut, makhluk-makhluk raksasa bermata tiga muncul. Kulit mereka seperti lendir hitam dan tulang retak, membawa rantai dan senjata dari bayangan. Dari langit, kelelawar bayangan besar terbang dalam formasi.

Zera melesat, panahnya menyala api dan menembus dua kelelawar sekaligus. Ia melompat dari satu kapal ke kapal lain, melindungi pasukan belakang. "Terlalu banyak di udara! Kita butuh dukungan di langit!"

Elira langsung melesat ke atas, menebas sayap-sayap bayangan dengan pedang sinarnya. Setiap tebasan menghasilkan ledakan cahaya. Namun jumlah musuh tak berhenti.

Abbas menggenggam tongkat Solara-nya. Ia mengangkatnya tinggi ke udara. "Demi Elarion… bangkit!"

Cahaya emas dan biru menyala dari dadanya, mengubah tongkat itu menjadi pedang besar bercahaya murni. Sayap Solara muncul dari punggungnya bukan seperti Elira, tapi seperti lembaran cahaya hidup yang terus berdenyut.

Ia melompat ke tengah medan tempur, menebas makhluk bayangan satu per satu. Langkahnya seperti petir. Terbang. Membelah. Menyapu.

Gerbang Retak

Namun musuh tidak datang hanya dari udara.

Seekor makhluk laut sebesar istana muncul dari bawah Gerbang Lautan. Ia menghantam dasar kota dengan tentakelnya yang besar. Getarannya terasa sampai ke dek kapal.

"Dasar kota terguncang! Mereka mencoba menghancurkan menara energi!" teriak penjaga dari atas.

Abbas terbang ke puncak menara, hanya untuk melihat bahwa pilar kristal yang memancarkan energi Elarion… mulai retak.

"Jika menara itu runtuh, seluruh Elarion akan kehilangan sihir!" Elira naik menyusulnya.

"Kita harus menghentikan makhluk itu. Sekarang!"

Abbas menatap laut, menatap makhluk raksasa itu. Jantungnya berdetak cepat. Ia tahu ini terlalu besar untuknya… tapi ia juga tahu tak ada waktu lagi.

Ledakan Solara

Abbas menutup mata, memusatkan kekuatannya. Dalam sekejap, seluruh tubuhnya diselimuti cahaya. Ia melesat seperti meteor, menukik langsung ke arah kepala makhluk itu.

"VAL'THAROK!" teriaknya. "AKU ADA DI SINI! AKU MELAWANMU!"

Pedangnya menebas, dan kepala makhluk itu terbakar dalam ledakan cahaya besar. Air laut menyembur tinggi. Kapal-kapal berguncang. Langit bersinar terang untuk sesaat seakan matahari turun ke bumi.

Makhluk itu meraung, lalu jatuh kembali ke dasar laut, membawa bayangan bersamanya.

Setelah Pertempuran

Senja mulai turun. Laut kembali tenang. Puluhan kapal hancur. Ratusan korban jatuh. Tapi Gerbang Lautan selamat.

Abbas duduk di dek, tubuhnya gemetar. Elira menghampiri, lalu duduk di sampingnya. "Kau... membuatku kagum hari ini."

Abbas tersenyum lelah. "Aku hanya... tak ingin melihat tempat ini hancur. Seperti dulu aku melihat duniaku sendiri hancur tanpa bisa berbuat apa-apa."

Zera datang, wajahnya kotor penuh debu dan luka, tapi sorot matanya tetap kuat.

"Kau keras kepala," katanya pada Abbas, "tapi untuk pertama kalinya… aku senang kau keras kepala."

Abbas menatap keduanya. "Kita menang, kan?"

Elira menjawab, "Untuk hari ini... ya. Tapi Val'Tharok belum menunjukkan wajahnya. Ini baru permulaan."

Di kejauhan, kilatan petir hitam terlihat di langit malam. Sebuah peringatan.

Akhir Bab

Abbas menatap tangannya yang masih berkilau samar. Di dalamnya, kekuatan besar menunggu tapi juga rasa takut yang belum sepenuhnya hilang.

Untuk pertama kalinya, ia benar-benar merasa... bertanggung jawab atas dunia ini.

Dan ia tahu, mulai sekarang… setiap langkah akan membawa konsekuensi.

More Chapters