Cherreads

Chapter 31 - Mimpi Itu Bernama Bengkel

Sejak kecil, Rangga suka memperhatikan motor. Entah itu suara mesinnya, bentuk bodinya, atau bagaimana tangan seorang mekanik bisa menyulap motor rusak jadi kembali hidup. Dulu, saat ngamen di pinggir jalan, ia sering berhenti sejenak di depan bengkel. Bukan untuk minta uang, tapi sekadar melihat dan bermimpi.

Di pondok, setelah mengikuti pelatihan digital bersama Telin, Rangga mulai kepikiran: "Gimana kalau suatu hari nanti, gue buka bengkel sendiri? Tapi bukan bengkel biasa—bengkel yang juga bisa bantu anak-anak jalanan kayak gue dulu."

Ia mulai sering ngobrol dengan pengurus yayasan, curhat ke Abah tentang cita-citanya. Dan seperti biasa, Abah cuma senyum, lalu bilang,

"Kalau mimpi lo mau dicapai, jangan cuma disimpan di kepala. Tuangkan ke rencana. Kalau perlu, gambar skema bengkel lo. Pikirin tempatnya, konsepnya, gimana modalnya."

Kata-kata itu nempel di kepala Rangga. Malam-malam berikutnya, ia mulai mencoret-coret buku tulisnya. Ada gambar meja servis, tempat parkir, rak oli, sampai daftar nama temen-temennya yang mau diajak kerja bareng.

"Ini bukan cuma soal bengkel. Ini soal pembuktian… bahwa anak jalanan juga bisa punya arah, bukan cuma ngamen, ngeluyur, atau tidur di warnet."

Pelan-pelan, Rangga pun belajar. Ia ikut bantu bersihin motor pengurus pondok, ikut pelatihan otomotif dari relawan, dan tiap kali ada waktu senggang, ia buka YouTube, nonton tutorial perbengkelan lewat akun belajar digital yang diajarkan dari program Telin.

Di sudut pondok, Rangga mulai menyusun rencananya. Mimpi itu pelan-pelan menjadi nyata, bukan hanya dalam angan, tapi mulai terlihat wujud dan jalannya.

More Chapters