Disebuah apartemen yang ada dijalanan GZ 1000.
Terlihat pria berumur tiga puluh tahunan menari nari diruang tamunya dengan senyum lebarnya. Dari wajahnya saja dia tampak bahagia seolah telah menemukan harta karun yang besar.
Dia tidak lain Jester Clownnys, badut sebelumnya yang membuka lapak tenda ditepian jalan guna meneruskan pendahulunya.
"Hahaha!"
Tawanya hingga menggema keseluruh ruangan.
Jester sangat senang karena dia mendapat job besar setelah berbulan bulan tidak mengenakan pakaian badutnya.
Kali ini job yang dia terima berasal dari salah satu sekolah dikota sebelah yakni Cyberrun Astra L 500.
"Aku harus tampil semaksimal mungkin!"
Batin Jester sembari merias wajahnya dengan cat berbeda warna.
Dia diminta oleh seseorang dari pihak sekolah Elite melalui ponselnya untuk menghadiri ujian Fate Voter.
Sebuah ujian dalam meramal masa depan bagi semua siswa sekolah. Ujian Fate Voter diadakan setiap para siswa menginjak umur dewasa, bagi mereka yang belum maka tidak diperbolehkan.
Tentunya sebagai juru ramalnya Jester itu sendiri.
"Hmm...
"SMA Elite Zirzota School?"
Jester membaca nama dan alamat yang dikirimkan oleh nomor yang menghubunginya beberapa waktu lalu.
Jester bisa menyimpulkan pekerjaannya kali ini terbilang sulit. Sebab dia akan mendatangi sekolah Elite, jika salah sedikit ataupun membuat kesalahan maka dia akan berbahaya.
Tidak seperti biasanya, Fate Voter yang dia hadiri berasal dari sekolah biasa.
"Terlalu beresiko jika aku membuat kesalahan tanpa sengaja? Mengingat sekolah yang kukunjungi kali ini berstatus Elite?...
"Bukankah aku akan berurusan dari keluarga besar dikota sebelah?"
Jester mengenakan pakaian badutnya lalu kembali duduk didepan cermin meja riasnya.
Jester bukanlah badut bodoh seperti badut lainnya. Dia adalah badut manipulatif, Jester akan tampil sebagai badut penghibur didepan semua orang.
Namun itu adalah sebuah topeng kepalsuan belaka.
Sifat aslinya tak kalah sadisnya dengan seekor monster. Apa yang dia anggap jahat akan dia bunuh secara keji.
Berbeda dengan orang yang anggap dia baik maka Jester akan menghormatinya bahkan melindunginya dari kejauhan.
"Tuan Rem?"
"Ah ya dia pasti bisa menjadi rekanku disana?"
Jester teringat pada sosok pemuda mengerikan yang membuatnya hampir mati.
Dia merasa meminta pertolongan tuan Rem untuk mengawalnya. Jester bukan takut menghadapi sekolah Elite yang dihuni putra putri dari keluarga berpengaruh dikota itu.
Melainkan Jester sedikit takut saja jika pihak sekolah Elite itu menyewa pembunuh bayaran ataupun seorang Hero dari Asosiasi Planes Hero untuk mengawasinya.
"Tuan Rem pasti bisa diandalkan apabila ada orang kuat yang mencoba memulai gendang perang?"
Bagaimanapun juga pekerjaan menjadi badut terbilang sulit.
Ya menjadi badut itu menyedihkan sekali.
Semua orang yang melihatnya mentertawakannya dengan senang bahkan merendahkannya sebagai badut yang lucu.
Tak jarang Jester diperlakukan kasar oleh banyak orang yang tidak senang dengan aksi menghiburnya.
Beda halnya ketika malam hari tiba, Jester membantai mereka yang menertawakannya saat acara pesta berlangsung.
"Sekarang tertawalah!"
Jester meminta para orang itu untuk tertawa seperti mereka mentertawakannya dihadapan banyak orang.
Dia menyiksa banyak orang menggunakan berbagai senjata tajam yang dia miliki hingga perlahan mati tidak kuasa menahan pedihnya dari siksaan badut itu.
Tak ayal Jester memotong leher salah satu dari mereka lalu dilempar kedalam mesin penghancur anggur.
Tak hanya itu saja, Jester juga menancapkan banyak kartu kartu disekujur tubuh mereka hingga organ dalam mereka menderih hancur.
Karena sifatnya yang seperti mempunyai psikologi mental itu. Jester memainkan peran dengan sangat baik.
Bahkan para polisi maupun pihak rumah sakit jiwa yang mencoba melacak keberadaannya tak dapat menemukan dirinya yang asli.
"Arrrh!
Jester merasa kepalanya sedikit pusing lalu memeganginya dengan kedua tangannya.
Jester meneguk sebutir obat pereda gejala mentalnya. Dia akan mengamuk tidak jelas dan juga tertawa tanpa henti karena penyakit mentalnya.
Namun sekali lagi Jester dapat mempertahankan batas dirinya sendiri dengan berusaha tampil seperti manusia biasa yang bekerja sebagai badut.
"Sial, aku harus meminta bantuan tuan Rem...
"Hanya dia yang bisa menghentikanku jika aku lepas kendali!"
Jester mengambil ponsel miliknya ditepi meja.
Beruntungnya dia sempat memiliki kontak tuan Rem. Jester berharap dia mau menolongnya dalam pekerjaannya kali ini.
Jester juga tidak berani berurusan dengan pemuda mengerikan itu. Tetapi dikarenakan takut terjadi sesuatu disekolah Elite itu bisa saja ada salah satu Hero dari APH.
Maka sudah dipastikan nyawanya akan berada diujung tanduk. Dia akan diburu secara massal sebab bagaimanapun juga Jester sudah melakukan tindak kekejian kepada banyak korban yang tidak diketahui keberadaannya.