Cherreads

Chapter 16 - Bab 15 – Nafas Terakhir Sang Penjaga

Angin malam menyusup perlahan ke celah reruntuhan kuil.

Di bawah langit kelam dan bintang-bintang yang seperti luka terbuka di angkasa, Thoren tergeletak di atas tanah berbatu. Tubuhnya berlumur darah. Nafasnya berat, terputus-putus seperti api yang kehabisan kayu.

Kaelen duduk tak jauh darinya. Masih menggenggam pedang, tapi sekarang… pedang itu terasa seperti beban kematian.

---

Datangnya Teman Lama

Langkah-langkah mendekat dari arah timur.

Erven, Seraphine, dan dua penjaga utama Kaelen tiba. Mata mereka membelalak melihat tubuh Thoren terkapar.

Seraphine mendekat dan berlutut cepat, mengangkat kepala Thoren dengan lembut.

> "Dia masih bernapas," katanya lirih, tangannya bersinar menyalurkan sihir penyembuh.

Tapi Thoren menggeleng lemah. "Jangan buang tenaga… Terlambat."

---

Kaelen Diam Seribu Bahasa

Erven menatap Kaelen, yang belum mengatakan sepatah kata pun.

> "Kau… tidak membunuhnya?" tanya Erven.

Kaelen mengangguk pelan. "Aku ingin… tapi aku tidak bisa."

Seraphine memegang tangan Thoren erat. "Kau tidak harus mati seperti ini. Kami bisa—"

Thoren memotong, suaranya lemah tapi jelas. "Biarkan aku bicara… dengan dia… berdua…"

Mereka semua mundur perlahan, dan kini hanya Kaelen dan Thoren… dua sosok yang dulu tak terpisahkan, kini duduk berseberangan—satu dalam hidup, satu di tepi kematian.

---

Sisa Nafas untuk Sahabat

> "Kaelen…" suara Thoren serak. "Kau harus tahu… aku tidak pernah… benar-benar mengkhianatimu…"

Kaelen mengepalkan tinjunya. "Jangan coba bermain kata-kata. Kau meninggalkan kami. Bergabung dengan Kuil."

Thoren tersenyum tipis, bercampur darah. "Kuil… adalah cara terakhirku… menyelamatkanmu…"

> "Apa maksudmu?!" Kaelen mulai gemetar.

> "Aku tahu apa yang mereka rencanakan. Aku tahu bahwa… saat kau menyatu dengan Relik yang tertanam di Seraphine… kau perlahan mulai kehilangan kendali. Kau akan… menjadi sesuatu yang bukan manusia lagi…"

Kaelen mematung. Matanya membesar.

> "Jadi kau… masuk ke Kuil, agar bisa mengakses rahasia mereka. Informasi. Rencana. Mantra pelindung."

> "Ya…" Thoren tersenyum sedih. "Dan sekarang aku tahu… hanya kau yang bisa mengubah segalanya… tapi… dengan harga."

---

Tangan Terakhir yang Terulur

Darah mengalir dari mulut Thoren. Ia mengangkat tangan lemah, berusaha menyentuh lengan Kaelen.

> "Aku… mohon… jangan benci aku…"

Kaelen menggenggam tangan itu—erat.

> "Kau bajingan, Thoren. Tapi aku… tidak bisa membencimu…"

Thoren mengangguk pelan. Pandangannya mulai kabur. Nafasnya tersendat. Dan pada detik berikutnya…

Tangan itu terjatuh.

Diam.

Thoren, Penjaga Kaelen, pengkhianat palsu, saudara sejati… menghembuskan nafas terakhirnya.

---

Tangisan Tanpa Suara

Kaelen tidak menangis.

Tidak memekik.

Ia hanya duduk… menatap tubuh sahabatnya yang dingin.

> "Kau… seharusnya tidak mati untukku."

Seraphine datang kembali, menutup mata Thoren dengan tangan lembut.

> "Dia sudah memilih. Dan kadang… cinta sejati pada sahabat, adalah ketika kita rela dibenci, agar dia tetap hidup."

---

Bab 15 berakhir.

More Chapters